Nintendo Wii U Console Suram Dengan Sejuta Potensi
Halo Minna, kali ini watashi akan menulis lagi di bidang yang watashi kuasai: video game! Rasa-rasanya, nggak afdol kalau ngomongin jejepangan tanpa ngomongin industri gamenya. Maklum, 2 dari 3 raksasa industri game berpusat di Jepang. Selain itu juga, tak sedikit dari kita yang jatuh cinta kepada Jepang karena kualitas game besutan mereka. Oleh karena itu mari kita mulai saja review ini.
Ahh,, Nintendo Wii U. Tak terasa sudah 3 tahun kita bersama. Banyak duka cita yang kita rasakan bersama (gua aja kali, lu mah kagak), ratusan game kita gasak bersama, dan tak terasa sekarang watashi udah kerja, sudah punya anak dan istri. Tapi kamu masih disitu, menemaniku menjaga keluargaku. Ceilee.. manteb banget dah.
Yak kalau kita membicarakan Nintendo, pasti kita teringat bagaimana dulu kita main Super Mario Bros, Contra, Galaga, atau main game keluaran Tecmo yang bikin kita ngakak gila. Memori itu terekam sangat jelas dan terkadang, kita ingin sesekali merasakannya lagi. Tapi bukan rahasia umum lagi kalau video game sekarang lebih menjauhkan seseorang dari kehidupan sosial. Karena pengalaman watashi ketika punya PS3, watashi hampir tidak punya game apapun untuk dapat dimainkan bersama dengan teman sebaya, ataupun dengan ponakan-ponakan (tentu saja kecuali FIFA dan PES), dan ketika watashi sudah mulai main suatu game, watashi bakal lupa makan, lupa tidur, lupa mandi, lupa pakai celana (ups!), dan lupa segalanya, yang jujur saja tentu tidak bisa watashi lakukan lagi sekarang.
Dan disinilah “The Big N” trully shines!!
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Nintendo Wii U adalah produk flagship (unggulan) Nintendo. Konsol ini sudah dilengkapi HDMI, Wi-fi, twitter khusus Nintendo, dan Super Backward compatibility. Belum lagi controller (stik-nya) yang dilengkapi Touchscreen, NFC, motion control, michrophone, dan analog serta tombol standar game sekarang, sehingga memingkinkan kita nyaman bermain game APAPUN tanpa merasa kagok. Dan dengan segala fasilitas diatas, WII U dinobatkan sebagai konsol flagship dengan penjualan paling amburadul sepanjang sejarah Nintendo.
Nintendo emang jago dalam tutup mata, tutup telinga. Bayangkan saja, disaat Sony dan Microsoft mau meluncurkan PS4 dan XB1, Nintendo mengeluarkan konsol yang kemapuan grafiknya dibawah kemampuan PS3. Selain itu, disaat Sony, Microsoft dan PC mulai memiripkan engine mereka, Nintendo bikin Engine sendiri yang bahkan beda dari temennya 3DS. Akibatnya, kalau pengembang mau bikin game di Wii U, harus bikin dari awal meskipun sudah ada versi PS, XB, PC atau bahkan 3DS sekalipun. Sehingga, jumlah game yang bisa dimainkan di WII U sangat terbatas sekali.
Eits tapi jangan salah sangka dulu. Diantara semua keterbatasannya, Wii U merupakan konsol yang paling cocok dengan keadaan kita. Kita, generasi 90’an, paham betul arti grafik dalam sebuah game. Kita yang sudah pernah merasakan game 8-bit (NES), 16-bit (Sega), 64-bit(PSOne), 128-Bit(PS2) tentu paham bahwa grafik yg wahid tidak akan bisa mengalahkan gameplay atau unsur cerita dari suatu game. Contohnya kalian pasti lebih suka CTR atau Bishi Bashi Special dibanding Crash Nitrokart meski Nitrokart menawarkan gambar lebih mantab dengan genre yang sama. Dan Nintendo tampaknya masih berpegangan pada hal itu.
Permainan di Wii U sangat amat menyenangkan. Norak, mungkin itu adalah hal yang kita rasakan ketika melihat sekumpulan bapak-bapak atau ibu-ibu main Wii U bersama. Mereka bakal ketawa bersama saat bermain Nintendoland, Mario Party 10, Super Mario 3D World, dan lain-lain. Atau gerak lepas saat bermain Wii Fit, Just Dance atau Wii Sprort Club. Begitu juga tak jarang jadi saling berantem gegara Super Smash Brawl atau Mario Kart.
Tapi, Wii U is more than meet the eye. Nintendo punya backward compatibility yang memungkinkan kita bisa memainkan game NES (contra, mario bros, tetris), SNES, Nintendo 64, Gamecub dan Wii, serta tak ketinggalan PSOne. Yang artinya, Wii U merupakan mesin super untuk nostalgia. Mau main megaman, hayuk! Mau main CTR, tancap! Mau main Zelda, okeh! Mau main sama ponakan, teman sebaya, tetangga, teman sekantor, Wii U merupakan konsol paling cocok dimainkan oleh semua.
Selain itu, Wii U punya controller Super. Dia memungkinkan kita nyaman bermain game first person shooting (kelemahan stik PS dan Xbox)atau game racing atau bola (kelemahan Keyboard PC). Juga dia bisa melakukan banyak hal yang tentu saja tidak bisa dimainkan di platform lain, thanks to touchscreen, motion control dan NFC. Sehingga sekarang tinggal pintar-pintar para game developer saja.
Tapi harus diakui, Wii U bukanlah PS4 atau XB1. Grafik WiiU tidak memungkinkan kita bermain game jaman sekarang dengan mulus. Tak ada PES, FIFA, Skyrim, Borderland, GTA, Grand turismo di Wii U. Nintendo yang ditinggal rekan-rekan 3rd party-nya tidak akan disupply game-game berkualitas dari EA, Konami, Ubisoft, Bethesda dll dalam waktu dekat. Sehingga siapapun yang punya Wii U harus siap-siap menjadi anti mainstream (kalau tak mau disebut gigit jari).
So, begitu saja review dari watashi. Semoga berguna atau minimal tulisan watashi yg panjang ini bisa buat mengusir bosan dikala pup.
Wii U
Grafik Potential: 8/10
Game Library: 4/10
Controller Handling: 10/10
Support:
-backaward compatible
– Amiibo figurine
-HDMI 1080 @60Hz
-Online Multiplayer
Overall: 8/10